Queer Theory- Gender as Performance – Judith Butler

Penelitian disertasi aku tentang komunitas fujoshi yang terbentuk di situs sosial facebook di Indonesia. Nah, ketika dalam penyusunan proposal untuk teori yang akan saya gunakan dalam disertasi adalah teori gender as performance Judith Butler.

akhirnya teori ini tidak saya gunakan karena menurut para penguji dan pembimbing saya kurang tepat jika menggunakan teori ini untuk meneliti tentang komunitas fujoshi. Tapi menurut saya teori gender as performance ini cukup berguna untuk mengkaji mengenai ambiguitas gender yang terjadi di masyarakat Jepang dewasa ini.

so, kira-kira inilah teori gender as performance dari Judith Butler;

Judith Butler dalam bukunya yang berjudul Gender Trouble: Feminism adn The Subversion of Identity (1990) menyebutkan bahwa bagaimana kita berpikir dan berbicara tentang gender dan jenis kelamin, selalu berdasarkan konfigurasi secara sosial dan Budaya (Butler, dalam Gauntlett, 2008:150).  Menurut Butler, dalam pandangan heteronormatif, kita terikat oleh wacana maskulin dan feminin yang sudah terbentuk sebelumnya. Misalnya, perempuan harus berperilaku secara feminin, lalu laki-laki haru berperilaku secara maskulin, perempuan harus menyukai laki-laki (dan sebaliknya), maka dari itu, seyogyanya perempuan akan menyukai kisah percintaan antara perempuan dan laki-laki.

Asumsi-asumsi heteronormatif seperti disebutkan di atas, sudah tertanam kuat dalam pandangan kita (yang terkonstruksi secara sosial dan budaya) terhadap identitas, gender, dan jenis kelamin. Sehingga, ketika muncul fenomena perempuan heteroseksual menyukai narasi homoerotis (komik BL), dari sudut pandang heteronormatif, hal tersebut dianggap suatu ‘ketidaknormalan’.

Masalah ‘ketidak normalan’ ini dapat lebih jelas dilihat apabila kita menggunakan salah satu kritikan Judith Butler tentang hubungan antara jenis kelamin dan gender yang disebut Butler sebagai Heterosexual Matrix. Menurut Butler, heterosexual matrix adalah Sex is seen as a binary biological given—you are born female or male and then ‘gender’ is the cultural component which is socialised into the person on that basis (Butler dalam Gauntlett, 2008:148).

Menurut Butler, dalam kerangka heterosexual matrix, jenis kelamin kita sudah ditentukan secara biologis. Dengan kata lain, jenis kelamin kita baik perempuan atau laki-laki berdasarkan konvensi budaya dan bahasa yaitu feminin dan maskulin. Jadi, yang menentukan apakah seseorang itu feminin atau maskulin adalah konstruksi sosial dan budaya berdasarkan jenis kelamin kita pada saat kita dilahirkan.

9 Comments (+add yours?)

  1. Ami Potabuga
    Apr 18, 2013 @ 00:45:12

    saat sedang googling mencari tentang teori gender di jepang, saya akhirnya singgah di web ini. saya adalah mahasiswa sastra jepang yang sedang menyusun skripsi berhubungan dengan masalah gender dan feminis di Jepang.
    saya sedang mencari buku-buku yang menunjang untuk penyusunan skripsi saya. oleh karena itu, bisakah saya menghubungi bapak melalui email untuk menjelaskan tentang skripsi saya. Mungkin ada buku yang bisa bapak rekomendasikan untuk saya.

    Reply

  2. anggie
    Nov 06, 2013 @ 05:03:59

    halo pak.
    ga sengaja mampir ke blog bapak yang bahas tentang fujoshi ini..
    boleh tanya lebih lanjut ga pak tentang disert yg bapak buat..Soalny saia juga sedang mencari info seputar fujoshi.

    Reply

    • andam1975
      Nov 15, 2013 @ 08:17:41

      Halo Angggie san…..

      kebetulan saya sejak lahir sudah perempuan hehehe…
      silahkan saja kalau boleh bertanya tentang fujoshi saya juga sedang penelitian tentang fujoshi 🙂

      Reply

  3. ririncross
    Dec 03, 2013 @ 07:36:01

    selamat pagi pak, saya sedang menggarap skripsi bertema homoseksual pada naskah2 fanfiction.. mungkin bapak punya rekomendasi tentang skripsi saya, karena jujur, saya sebenarnya bingung apakah harus memasukkan teori queer, jika iya tolong sharing tentang rekomendasi buku untuk teori ini..
    atau saya hanya perlu teori sosiologi sastra saja karena naskah fanfiction berbau homoseksual itu dibuat oleh golongan fujoshi O.o

    Reply

    • andam1975
      Dec 04, 2013 @ 22:13:55

      Selamat malam Ririn san

      kebetulan saya sejak lahir sudah perempuan jadi kayaknya panggil nama aja tidak masalah….
      kalau boleh tahu yang menjadi topik atau isu yang ingin di bahas itu tentang isu homoseksualnya atau tentang fujoshinya?
      kalau ingin lebih mendalami tentang queer theory membaca Judith Butler sudah awal yang baik.
      Butler dalam bukunya ini mengkritik tentang konstruksi identitas seksual individu di dalam struktur masyarakat yang berpatokan hetero normative.
      jika untuk literatur tentang queer theory terus terang saya tidak mempunyai rekomendasi banyak, hanya beberapa seperti feminine mystique by Betty Freidian, Katte Millet ” sexual politic” ….

      Reply

      • ririncross
        Dec 05, 2013 @ 04:07:22

        maaf ya kak Andam >.< boleh seperti itu kan?
        yang pertama saya menganalisis homoseksual yang terdapat di dalam naskah ff itu, padahal kakak juga tau sendiri kan di dalam naskah fanfiction banyak sekali pasangan yaoi dan yuri seperti itu. apakah dianalisis menggunakan psikologi kepribadian atau sosiologi sastra?
        kemudian bentuk hegemoni homoseksualnya dari naskah2 fanfiction tersebut bagaimana? apakah saya harus menggunakan penelitian lapangan atau penelitian pustaka?

      • andam1975
        Dec 05, 2013 @ 10:41:07

        Hi Ririn…. panggil kak boleh aja hehehe… kalau menurut aku, penelitiannya bisa menggunakan lapangan dan pustaka. Misalnya yg.menjadi korpus penelitiannya ffnya maka penelitian lapangan bisa jadi data sekunder, sebaliknya kalau fujoshi yg jadi korpus penelitian, ff yg jadi data sekunder. Untuk melihat adanya hegemoni homoseksual di text ff jabarkan dulu apa yg dimaksud homoseksual di konteks.indonesia dan konsep homoseksual dlm konteks barat. Dari sana bisa ditentukan apakah analisanya menggunakan psikoanalisis atau sosiologi sastra .

      • andam1975
        Jan 27, 2014 @ 03:31:11

        Wah gomen baru baca …. metode dan teori yg dipiluh sebenarnya tergantung.masalah yg akan.diangkat sih, misalnya isu homoseksual yg diangkat yg ada di text yaoi, so datanya dari textnya dan untuk hegemoninya lebih baik in depth dengan penulis ff untuk mendapatkan data yg menunjang dqri penelitian text yaoi

Leave a comment